Bahaya yang dihadapi pemimpin sangat banyak dan sering menyusup masuk secara sangat halus. Seorang pemimpin tidak pernah kebal serangan, baik berupa godaan daging yang terang-terangan, maupun godaan tidak kasat mata--namun lebih mematikan--yang dilancarkan Iblis. Tidak mengherankan bila Rasul Petrus memberikan peringatan yang sangat berharga: "Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya." (1 Petrus 5:8). Iblis tidak pernah berhenti mengambil keuntungan dari kelemahan seorang pemimpin, sekecil apa pun itu. Kelemahan apa yang umum terdapat pada seorang pemimpin?
Bahaya pertama yang dihadapi pemimpin adalah kesombongan. Kecenderungan bersikap sombong sering meningkat saat jabatan/posisi seseorang naik. Firman Tuhan memperingatkan, "Setiap orang yang tinggi hati adalah kekejian bagi TUHAN; sungguh, ia tidak akan luput dari hukuman." (Amsal 16:5). Kesombongan dapat mendiskualifikasi orang itu dari kemajuan lebih lanjut dalam kerajaan Tuhan karena tidak ada yang lebih menjengkelkan Tuhan daripada seorang yang memandang tinggi dirinya sendiri. Kesombongan adalah jenis dosa yang ingin merebut posisi Tuhan dengan mendudukkan diri sendiri di takhta Tuhan. Orang dapat lupa bahwa karunia/bakat/talenta dan posisi/jabatan sebagai pemimpin berasal dari Tuhan. Biasanya, orang sombong tidak sadar bahwa dirinya sombong. Ada tiga ujian untuk mengetahui apakah kita sombong atau tidak: Pertama, ujian reaksi. Bagaimana Anda bereaksi saat orang lain meraih posisi yang Anda inginkan atau saat Anda melihat orang yang memiliki karunia/bakat/talenta lebih besar daripada diri Anda? Kedua, ujian ketulusan. Bagaimana perasaan Anda saat orang lain melihat masalah dan kelemahan Anda dan terang-terangan menunjukkannya kepada Anda? Ketiga, ujian kritik. Saat mendapat kritik, apakah Anda membenci si pengkritik dan Anda selalu berusaha membenarkan diri, bahkan Anda segera mengkritik balik?
Bahaya kedua yang dihadapi pemimpin adalah popularitas. Setiap pemimpin pasti berharap bahwa dia disukai pengikutnya. Akan tetapi, popularitas bisa berbahaya sehingga harus diwaspadai, Tuhan Yesus memperingatkan, "Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; ...." (Lukas 6:26). Pengultusan pribadi kerap berkembang di sekitar para pemimpin besar. Para pengikut terpesona terhadap kharisma dan kecakapan pemimpin. Rasul Paulus dan Apolos pernah dikultuskan--paling tidak difavoritkan--oleh para pengikutnya, sehingga Rasul Paulus mengoreksi jemaat Korintus dengan cara membawa mereka mengarahkan hati hanya kepada Tuhan saja (1 Korintus 3:4-7).