Bahaya ketiga yang dihadapi pemimpin adalah menganggap dirinya tidak mungkin berbuat salah. Kerohanian pemimpin tidak menjamin bahwa penilaiannya tidak mungkin salah. Walaupun orang yang penuh dengan Roh semestinya lebih sedikit melakukan kesalahan dibandingkan orang yang duniawi, terlalu percaya diri dapat membohongi diri sendiri dan orang lain, meskipun orang itu sangat rohani. Bahkan, para rasul pun melakukan kesalahan yang membutuhkan koreksi ilahi. Para pemimpin yang memusatkan perhatian mereka untuk mengenal Tuhan, berdoa, dan menggumuli masalah-masalah seputar pembaruan dan kegerakan rohani pun dapat menjadi sulit mengakui kemungkinan bahwa penilaian mereka salah. Seorang pemimpin tentu saja harus tegas dalam mengambil keputusan untuk membela apa yang ia percayai. Namun, sebenarnya kesediaan mengakui kesalahan dan menghormati penilaian rekan justru akan meningkatkan pengaruh orang itu, bukan menguranginya. Para pengikut akan kehilangan keyakinan pada pemimpin yang tampak sangat yakin bahwa dirinya tidak mungkin salah. Waspadalah karena perasaan tidak mungkin berbuat salah dalam satu area kehidupan dapat berdampingan dengan karakter yang baik di area kehidupan yang lain. Berjaga-jaga dan berdoalah!
Bahaya keempat yang dihadapi pemimpin adalah keyakinan bahwa dirinya tak tergantikan. Pemimpin Kristen dapat menjadi rapuh dan jatuh dalam pencobaan ini. Mereka memimpin lebih lama dari yang seharusnya. Bayangkan bahwa jika Musa bersikeras untuk terus memimpin bangsa Israel, Yosua tidak akan memiliki kesempatan untuk belajar memimpin. Dalam hikmat-Nya, TUHAN menetapkan batas waktu memimpin kepada setiap pemimpin. Selain baik bagi kesehatan jiwa sang pemimpin agar ia tidak merasa tak tergantikan, pemimpin yang lebih muda--yang memiliki energi dan kreativitas yang dibutuhkan sesuai dengan zamannya--diharapkan bisa memimpin secara lebih relevan/kontekstual. Tak dapat dipungkiri adanya ironi bahwa para pengikut yang tulus dan bermaksud baik sering berpikir bahwa pemimpin lama mereka tidak tergantikan. Pemikiran semacam itu menyuburkan ego pemimpin dan malah membuat kerja/pelayanannya kurang maksimal.
Setiap pemimpin perlu belajar untuk sungguh-sungguh mengenal Tuhan agar dapat mengenal diri sendiri dan tidak jatuh dalam bahaya yang mengintai. Jangan sampai seorang pemimpin yang mengawali dengan sangat baik ternyata tidak mengakhiri dengan baik. Tuhan Yesus memerintahkan setiap pemimpin, "Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan (bahaya kepemimpinan): roh memang penurut, tetapi daging lemah." (Matius 26:41).