Tak ada gading yang tak retak! Peribahasa ini juga berlaku bagi pemimpin yang paling besar, paling disegani, bahkan paling rohani. Dalam sejarah Israel, Daud adalah raja yang paling dihormati. Namun, Kitab Suci tidak menyembunyikan kesalahan fatal yang dilakukannya, yaitu dosa perzinaan dan pembunuhan tingkat satu. Sebagai raja yang memegang kekuasaan tertinggi, terlalu sedikit--jika ada--orang yang berani ‘menyentil’ Raja Daud karena risikonya adalah kehilangan hak istimewa untuk berada dalam lingkaran terdekat raja, bahkan kehilangan nyawa, padahal seorang pemimpin sangat memerlukan orang di sampingnya yang berani menegur saat dia melakukan kesalahan. Makin terhormat seorang pemimpin, makin serius kebutuhan ini!
Yoab--panglima dalam pemerintahan Raja Daud (8:16)-- bukan tidak mengetahui rencana busuk membunuh Uria yang diskenariokan oleh Sang Raja (11:14-15). Bahkan, setelah Uria mati karena sengaja ditempatkan di posisi paling berbahaya dalam pertempuran, Yoab mengonfirmasi kematiannya kepada Raja Daud (11:24). Sebagai salah seorang terdekat raja, Yoab punya akses dan kesempatan untuk menegur sang raja, tetapi ia tidak melakukannya. Nabi Natan-lah yang mengambil peran itu saat TUHAN mengutus dia menegur Raja Daud. Dengan hikmat yang Tuhan karuniakan kepadanya, Nabi Natan membeberkan kesalahan Raja Daud melalui sebuah perumpamaan. Puncaknya, Nabi Natan menunjuk muka Raja Daud dan berkata, "Engkaulah orang itu!" (12:7). Betapa terkejutnya sang raja! Ia tidak menyangka bahwa ada orang yang berani menudingnya dengan gamblang. Sebelumnya, ia dengan berapi-api berniat menghukum mati orang yang dikisahkan dalam perumpamaan itu (12:5). Bayangkan efek kejut yang dihasilkan oleh tindakan berani Nabi Natan itu! Kondisi hati Raja Daud berbalik 180 derajat. Syukurlah bahwa Natan berani mengambil risiko dengan memberi diri dipakai Tuhan untuk menegur Raja Daud.
Bahaya-bahaya yang dihadapi pemimpin--kesombongan, haus popularitas, merasa selalu benar, dan merasa tak tergantikan oleh orang lain--adalah titik-titik buta (blind spots) yang sering tak disadari oleh seorang pemimpin. Oleh karena itu, para pemimpin memelukan ‘Natan-Natan’ yang berani menunjuk tepat di batang hidung para pemimpin dan berkata, "Kamu salah! Kamulah orang yang melakukan kesalahan itu!" Hai para pemimpin, bersyukurlah jika ada seorang ‘Natan’ yang tanpa basa-basi mengatakan: "Kamu sombong!" atau "Kamu tidak mahatahu!", bahkan "Kamu munafik!" Orang seperti itu akan menolong Anda terjaga. Bila Anda seorang pemimpin, apakah Anda memiliki para ’Natan’ di sekitar diri Anda?