Menjadi Seteru Allah

Setelah manusia jatuh ke dalam dosa, persekutuan yang intim antara manusia dengan Allah yang terlihat di Taman Eden menjadi rusak. Hubungan Allah dengan manusia tidak hanya rusak, bahkan manusia menjadi seteru Allah yang ditunjukkan melalui pengusiran manusia dari Taman Eden oleh Allah. Perseteruan atau permusuhan itu terlihat dalam paket penghukuman Allah (Kejadian 3:15). Bukti perseteruan manusia dengan Allah juga terlihat dari cara hidup manusia yang begitu susah untuk menaati kehendak Allah, tetapi mudah menuruti keinginan daging. Bukankah kita begitu sulit menuruti firman Tuhan? Bukankah kita berjuang seumur hidup melawan keinginan daging kita?

Rasul Paulus menunjukkan pertentangan antara hidup menurut Roh dan daging. Dia memaparkan ciri manusia yang menjadi seteru Allah, yaitu adanya keinginan daging. Paulus berkata, "Mereka yang hidup di dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah." (Roma 8:8). Artinya, orang yang masih menuruti keinginan daging tidak mungkin hidup berdamai dengan Allah, melainkan menjadi musuh Allah. Orang yang menjadi seteru Allah adalah orang yang pikirannya semata-mata tertuju kepada perkara duniawi, yang lebih menghargai hal-hal yang fana. Orang semacam ini terjebak dalam belenggu keinginan mata (1 Yohanes 2:16). Seteru Allah adalah orang yang hidup kerohaniannya hampa serta keinginan mencari Allah dan kebenaran-Nya sirna. Itulah sebabnya, keinginan daging-yang merupakan ciri perseteruan dengan Allah-disebut oleh rasul Paulus sebagai maut itu sendiri (Roma 8:6). Pikirkanlah keinginan daging yang masih susah Saudara lepaskan! Renungkanlah apakah Saudara sudah berdamai dengan Allah atau masih menjadi seteru Allah? [AB]